Hany ar-Rifa'i Video
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Monday, November 30, 2015
Friday, November 20, 2015
Friday, November 13, 2015
Wednesday, November 11, 2015
Apakah Kita Shalat TAHIYATUL Masjid ketika Khutbah berlangsung?
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Menurut madzhab kami –madzhab Syafi’i- disunnahkan baginya untuk shalat dua raka’at yaitu shalat tahiyyatul masjid. Ia memperingan shalat tersebut dan makruh meninggalkannya. Inilah pendapat dari Al-Hasan Al-Bashri, Makhul, Al-Maqbari, Sufyan bin ‘Uyainah, Abu Tsaur, Al-Humaidi, Ahmad, Ishaq, Ibnul Mundzir, Daud dan ulama lainnya.” (Al-Majmu’, 4: 299)
Adakah dalil dalam masalah ini?
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ وَالنَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَخْطُبُ النَّاسَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ « أَصَلَّيْتَ يَا فُلاَنُ » . قَالَ لاَ . قَالَ « قُمْ فَارْكَعْ »
“Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata, ada seseorang yang datang dan saat itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamsedang berkhutbah pada hari Jum’at. Nabi bertanya padanya (di tengah-tengah khutbah), “Apakah engkau sudah shalat wahai fulan?” “Belum”, jawabnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas memerintahkan, “Berdirilah, shalatlah.” (HR. Bukhari no. 930)
Dalam riwayat lain disebutkan,
فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ
“Lakukanlah shalat dua raka’at.” (HR. Bukhari no. 931)
Imam Bukhari membawakan judul Bab untuk riwayat terakhir,
باب مَنْ جَاءَ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ
“Bab: Siapa yang datang dan imam sedang berkhutbah, lakukanlah shalat dua raka’at ringan.”
Dalam riwayat Muslim disebutkan riwayat berikut,
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ جَاءَ سُلَيْكٌ الْغَطَفَانِىُّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَخْطُبُ فَجَلَسَ فَقَالَ لَهُ « يَا سُلَيْكُ قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَتَجَوَّزْ فِيهِمَا – ثُمَّ قَالَ – إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَلْيَتَجَوَّزْ فِيهِمَا ».
“Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata, Sulaik Al-Ghathafani datang pada hari Jum’at dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhutbah, lantas Sulaik masuk masjid lalu langsung duduk.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah khutbah berkata padanya, “Wahai Sulaik, berdirilah, lakukanlah shalat dua raka’at. Kerjakanlah sekedar yang wajib saja dalam dua raka’at tersebut. Kemudian ia berkata, “Jika salah seorang di antara kalian datang pada hari Jum’at dan imam sedang berkhutbah, maka lakukanlah shalat dua raka’at. Namun cukupkanlah dengan yang wajib saja (ringkaslah, pen.).” (HR. Muslim no. 875)
Faedah dari Imam Nawawi rahimahullah yang bisa digali dari hadits di atas, jika seseorang memasuki masjid pada hari Jumat dan imam sedang berkhutbah, disunnahkan untuk melaksanakan shalat dua rakaat tahiyyatul masjid, dan dimakruhkan langsung duduk sebelum shalat. Disunnahkan shalat tersebut dalam keadaan ringkas agar bisa mendengarkan khutbah setelah itu. (Syarh Shahih Muslim, 6: 146)
Semoga bermanfaat.
Referensi:
Al-Majmu’ Syarh Al-Muhaddzab li Asy-Syairazi. Cetakan kedua, tahun 1427 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub.
Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Cetakan pertama, tahun 1433 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm.
Saturday, November 7, 2015
Tiga Belas Lubang Masuknya Setan ke Dalam Diri Manusia
Tiga Belas Lubang Masuknya Setan ke Dalam Diri Manusia
Tatkala setan di
usir dari surgaNYA Allah SWT, dengan beraninya ia bersumpah di hadapan Allah
SWT, bahwa sampai hari kiamat, ia akan menggunakan dan menghalalkan berbagi
cara untuk menyesatkan sekalian anak cucu Adam. Walaupun ada yang di kecualikan
oleh setan, yaitu mereka yang Ikhlas Taat kepada Allah SWT.
Iblis menjawab,
“Demi kemulian-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semua (QS. Shaad [38]: 82)
Kecuali
hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka. (QS. Shaad [38]: 83)
Jadi, ada garansi tersendiri untuk
hamba-NYA yang tetap memakai akal sehatnya dan mematuhi petunjuk-petunjuk-NYA,
untuk itu tidak perlu kita khawatir dan bersedih hati. Sebab itulah kunci untuk
menyumbat lubang-lubang yang nantinya akan di masuki setan.
Sebelum memaparkan 13 Lubang Masuknya
Setan ke Dalam Diri Manusia, alangkah baiknya kita kenali dulu biodata dari Setan:
1.
Nama/Gelar : Iblis/Syeithan
2.
Tanggal lahir : Tahun 1-1-Perintah sujud kepada Adam
3.
Alamat : Hati orang-orang yang lengah
4.
Agama : Kekufuran
5.
Pekerjaan : Pengasuh semua manusia yang sesat dan di murkai Allah
6.
Jabatan : Pemimpin kekufuran dan syirik
7.
Hobi : Menjerumuskan dan menyesatkan
8.
Cita-cita : Semua masuk neraka
9.
Kekuasaan : Nihil
10. Kemampuan : Lemah
11. Kepribadian : Angkuh
12. Anak
Cucu : Yang durhaka kepada orang tua
13. Istri : Semua yang terbuka auratnya
Dari biodata di atas, semoga kita bukan
yang termasuk di dalamnya, Aamiin. Ada
tiga pertanyaan seputar permusuhan manusia dan setan:
♦
PERMUSUHAN SETAN KEPADA MANUSIA ITU APA?
Setan dalam percakapan arab adalah
setiap yang membangkang dari jin, manusia, hewan dan segala sesuatu (Ibnu
Jarir At-Thabari)Umar bin Khatab pernah suatu ketika naik unta yang Bengal,
kemudian di pukulah ia, tambahlah bengal, lalu ia turuna dan berkata: “Kalian
tidak menaikanku kecuali di atas setan, aku tidak turun darinya kecuali karena
jiwaku menolak”.(lisanul arab/1/102)
♦
KAPAN MULAINYA?
Allah ciptakan malaikat dari cahaya, jin dari api. Awalnya
mereka sama-sama taat kepada Allah, saat malaikat diperintah untuk sujud kepada
Adam ada diantara jin itu yang menolak. Disebut iblis dalam riwayat nama
aslinya : Azaziil, ia percaya Allah sebagai : Pencipta, Menghidupkan dan
mematikan. Namun kepercayaannya itu tidak bermanfaat. Ilmu yang tidak
diamalkan.
♦ DI MANA MEDAN PERMUSUHAN SETAN TERHADAP MANUSIA ?
Setelah Iblis merasa tenang hidup sampai kiamat. Ia merencanakan
makarnya kepada manusia. (Qs. Al Hijr[15]: 39-40)
Medannya adalah : fil ardh (bumi)
Senjatanya adalah : tazyiin (menghiasi) dan al ighwaa’ : menyesatkan (Jangka panjang) maksud dari jangka panjang, melalaui tazyiin setan berusaha mengelabuhi manusia dalam amal-amal atau perbuatannya seakan-akan diawalnya baik, namun lama-kelamaan setan menyesatkannya tanpa sadar. Na'udzu billahi min dzalik.
Medannya adalah : fil ardh (bumi)
Senjatanya adalah : tazyiin (menghiasi) dan al ighwaa’ : menyesatkan (Jangka panjang) maksud dari jangka panjang, melalaui tazyiin setan berusaha mengelabuhi manusia dalam amal-amal atau perbuatannya seakan-akan diawalnya baik, namun lama-kelamaan setan menyesatkannya tanpa sadar. Na'udzu billahi min dzalik.
Tiga belas lubang yang di sebutkan oleh Imam Al-Ghazali
berikut ini barulah sebagian kecil darinya. Misalnya pada masalah harta, di
ceritakan dalam Tanbihul Ghafilin,bahwasanya setan suatu kali bersumpah,
“Orang-orang berharta akan terus kukocok dengan tiga macam godaan, yaitu
kuelokkan dalam penglihatannya sehingga merasa sangat berat untuk menunaikan
kewajibannya, atau aku ringankan tangannya agar di keluarkannya hartanya tidak
pada tempat yang di ridhoi Allah swt, atau aku tanamkan cinta ke dalam hatinya
sehingga mati-matian ia mencari harta kendati jalan tak benar pun dilakukannya.”
Masuknya setan ke dalam tubuh kita tentu tidaklah tampak secara nyata, namun
baru terasa pengaruhnya kalau sudah di dalam. Sampai-sampai dalam shalat pun bakal
terasa bahwa si setan sudah menyelinap ke dalam tubuh kita.
Jerat yang di tebar setan memang ada seribu satu macam.
Menurut Ibnu Abbas, tak kurang dari 700 ragam perangkap atau tipu daya yang di
pasang oleh musuh bebuyutan bani Adam itu untuk menjaring manusia. Tak peduli
siang atau malam, mulai dari Kiai sampai
preman. Dan untuk semua ini, hanya akal sehat dan imanlah yang mampu
mengimbangi, menangkal dan mengatasinya.
Dari sekian banyak ragam dan macam tersebut, Imam
Al-Ghazali mencatat sebagian di antaranya:
1. Mental Budak, baik dalam arti di perbudak maupun memperbudak
(diri sendiri atau orang lain).
2. Mudah Marah, maksudnya di sini adalah ketika mengekspresikan
kekecewaanya dengan berlebihan (meluap), seperti tidak lagi mempunyai akal.
3. Hasad atau Dengki
4. Kekenyangan (over-eating), biarpun makan itu halal dan
baik.
5. Serakah atau Rakus, dan Kikir
6. Terburu-buru dan meninggalkan ketetapan tentang semua urusan, karena
keterburu-buruan (dalam arti harus di segerakan) hanya bisa di benarkan dalam
lima hal, yakni:
● Menguburkan jenazah (lebih utama di tempat ia
meninggal)
● Menikahkan anak perempuan (sebab kalau tidak dia akan
menikahkan dirinya sendiri)
● Membayar hutang
● Menghidangkan makanan untuk orang yang sedang musafir
● Bertobat sebenar-benar tobat kalau telah melakukan
perbuatan tercela, langsung bertobat, sebab Nabi saw, bersabda ”Yang terbaik
di antara kamu bukanlah orang yang tak punya dosa (karena ini mustahil),
melainkan mereka yang bersegera sungguh-sungguh bertobat sesudah berbuat dosa,
dan tak mengulanginya lagi.”
7. Nafsu, Ibnu Abbas perah berkata, “Yang mula pertama di ciptakan
Allah dari manusia adalah faraj (kemaluan). Lalu Ia bertitah: Ini adalah amanat
yang aku titipkan padamu. Janganlah kamu memakainya kecuali dengan hak, kalau
kau menjaganya, Aku pun akan menjagamu.”
8. Fanatik Mazhab (Paham) dan memandang rendah musuh.
9. Menghalang-halangi orang lain untuk berkecimpung dalam bidang
ilmu dan kebajikan.
10. Berprasangka jelek kepada orang lain.
11. Bersibuk diri dengan urusan sepele, perselisihan atau
permusuhan.
12. Dirham atau uang, atau bermacam-macam harta lainnya.
13. Perhiasan, Prabot, kain dan rumah
Tidak perlu sebenarnya seseorang itu belajar “ilmu”
tertentu untuk melawan makhluk halus ataupun setan, namun cukup dengan Tauhid
dan pertebal Iman kepada Allah swt, karena Allah sendiri yang memberi janji dan
jaminan.
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah”,
kemudian dia meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun
kepada mereka (dengan berkata), “Jangan kamu merasa takut dan janganlah kamu
bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surge yang telah di
janjikan kepadamu.” (QS. Al-Fushilat[41]: 30)
Makin menguatnya iman dan tauhid maka akan semakin terasa pula
bahwa di kanan dan kiri dan di sekeliling kita senantiasa ada yang menjaga
kita. Berikut ini adalah lima Ajian yang merupakan alat ampuh untuk membuat
setan terpental-pental jika terkumpul pada diri manusia, dapat pula menjadi
benteng kokoh bagi gencarnya rayuan setan-setan sekalipun seseorang itu tidak
mempunyai banyak ilmu, dan ibadahnya pun tak terlampau tekun. Kelima ajian
berikut di rumuskan oleh Imam Al-Ghazali:
(1)
Beragama
(secara konsisten); (2) Berharta (dan memanfaatkannya
di jalur yang benar); (3) Mempunyai rasa malu; (4) Bagus perangai;
(5) Dermawan (baik dalam tenaga, ide, kasih sayang, jasa, dan juga dalam
harta)
Dalam
masalah kedermawanan, dalam buku Di Balik Ketajaman Mata Hati karya Imam
Al-Ghazali, di nyatakan bahwa sesungguhnya setan jauh lebih ngeri dan takut
dengan seseorang yang dermawan (pemurah) biarpun ia fasik, dari pada seseorang
yang rajin beribadah tapi ia pelit.
Semua
rumusan Al-Ghazali di atas, tampak identik dan melengkapi, apa yang pernah di
sabadakan Rasulullah saw, “Bahwasanya ada 4 sifat yang jika kalian miliki
niscaya akan sempurna Islam kalian, mulai dari ubun-ubun hingga ujung kaki, Ia
itu adalah Jujur, Pandai bersyukur, Malu, dan baik pekertinya.”
Pengertian dari “bersyukur”, menurut Dr. Ir, Imaduddin,
Msc., adalah menggunakan nikmat Allah sesuai fungsinya, secara optimal, dan
pada tempatnya. Semoga kita semua termasuk orang-orang selalu mendapat
perlindungan dan pertolongan dari Allah swt.
Friday, November 6, 2015
Keutamaan Menghafal 10 ayat pertama Surah Al-Kahfi
Assalamualaikum wr.wb. sobat Blogger,,:) bagaimana kabar sobat semua di Jum'at sore ini? semoga kita semua masih dalam lindunganNYA dan juga masih mendapatkan atau merasakan Nikmat di hari Jumat.
Pada kesempatan kali ini saya mau berbagi mengenai Keutamaan Menghafal 10 Ayat Surah Al-Kahfi
walaupun sebenarnya saya juga belum hafal,,hehe tapi insyaAllah aka berusaha untuk menghafalnya, semoga Allah mempermudah kita untuk menghafal dan juga menjaga hafalan kita. Oke sob langsung saja monggo di simak baik-baik Artikelnya,,semoga bermanfaat.
Keutamaan Menghafal Sepuluh Ayat Surat Al Kahfi
Di antara keutamaan surat Al-Kahfi adalah jika sepuluh ayat pertama itu dihafal. Bahkan dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa yang dihafal adalah sepuluh ayat terakhir. Apa keutamaannya?
Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ
“Siapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari Dajjal.” (HR. Muslim no. 809)
Dalam riwayat lain disebutkan, “Dari akhir surat Al-Kahfi.” (HR. Muslim no. 809)
Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa siapa yang menghafal sepuluh ayat pertama atau terakhir dari surat Al-Kahfi, maka ia terlindungi dari Dajjal.
Imam Nawawi berkata, “Ada ulama yang mengatakan bahwa sebab mendapatkan keutamaan seperti itu adalah karena di awal surat Al-Kahfi terdapat hal-hal menakjubkan dan tanda kuasa Allah. Tentu saja siapa yang merenungkannya dengan benar, maka ia tidak akan terpengaruh dengan fitnah Dajjal. Begitu pula akhir surat Al-Kahfi, mulai dari ayat,
أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ إِنَّا أَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ نُزُلًا
“maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahannam tempat tinggal bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Kahfi: 102) (Syarh Shahih Muslim, 6: 84)
Isi surat Al-Kahfi adalah:
- Diturunkannya Al-Qur’an sebagai pembimbing pada jalan yang lurus.
- Menghibur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena orang kafir yang belum beriman.
- Keajaiban dalam kisah Ashabul Kahfi.
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan sabar menghadapi orang-orang fakir.
- Ancaman bagi orang kafir yang akan mendapatkan siksa dan bala’ (musibah).
- Janji pada orang beriman bahwa mereka akan mendapatkan balasan yang baik.
- Permisalan orang beriman dan orang kafir dalam menyikapi dunia.
- Permisalan dunia dengan hujan yang turun dari langit dan tanaman yang tumbuh.
- Dunia yang teranggap hanyalah ketaatan pada Allah saja.
- Penyebutan kejadian pada hari kiamat.
- Pembacaan kitab catatan amal.
- Manusia ditampakkan kebenaran.
- Iblis enggan sujud pada Adam.
- Keadaan orang kafir ketika masuk neraka.
- Orang yang membela kebatilan ketika berdebat dengan orang yang berpegang pada kebenaran.
- Cerita tentang umat sebelum kita yang hancur, supaya kita pun takut akan hal itu.
- Kisah Nabi Musa dan Khidr.
- Kisah Dzulqarnain.
- Bangunan yang menghalangi Ya’juj dan Ma’juj.
- Rahmat yang akan datang pada hari kiamat.
- Sia-sianya amalan orang kafir.
- Balasan bagi orang beriman dan yang berbuat baik.
- Ilmu Allah tak mungkin habis untuk dicatat.
- Perintah untuk ikhlas dalam beribadah dan perintah untuk mengikuti tuntunan Rasul (ittiba’ Rasul) lewat amalan shalih. (Kunuz Riyadh Ash-Shalihin, 13: 117)
Namun perlu dicatat keutamaan lainnya dari surat Al-Kahfi tentang keutamaannya dibaca pada hari Jumat. Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Imam Syafi’i dalam Al-Umm dan Al-Ashaab berkata disunnahkan membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat dan malam Jumatnya.” (Al-Majmu’, 4: 295).
Baca selengkapnya dalil tentang sunnah membaca surat Al-Kahfi di hari Jumat di sini.
Semoga bermanfaat dan bisa jadi amalan bermanfaat untuk persiapan menghadapi hari kiamat.
Referensi:
Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzzab li Asy-Syairazi. Cetakan kedua, tahun 1427 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub.
Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Cetakan pertama, tahun 1433 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm.
Kunuz Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, tahun 1430 H. Rais Al-Fariq Al-‘Ilmi: Prof. Dr. Hamad bin Nashir bin ‘Abdurrahman Al-‘Ammar. Penerbit Dar Kunuz Isybiliya.
—
Selesai disusun di Darush Sholihin Panggang, Gunungkidul, 23 Muharram 1437 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
Thursday, November 5, 2015
Tuesday, November 3, 2015
Monday, November 2, 2015
Subscribe to:
Posts (Atom)